Ketahuilah
wahai saudaraku... sesungguhnya ada celana yang dapat menjatuhkanmu ke
lembah kesengsaraan (baca: neraka). Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apa saja yang di bawah mata kaki maka di neraka.” (HR. Bukhori)
Maksudnya
bagian kaki yang terkena sarung/celana yang berada di bawah mata kaki,
akan diazab di neraka, bukan sarung/celananya. Jadi, perbuatan
menurunkan pakaian hingga menutupi mata kaki (baca: isbal) baik
dilakukan dengan kesombongan ataupun tidak, maka pelakunya (musbil) akan
diazab di neraka. Hanya saja bedanya jika dilakukan dengan kesombongan
maka ini lebih parah dan lebih dahsyat lagi siksanya. Sebagaimana
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga
golongan yang Alloh tidak berbicara dengan mereka pada hari kiamat,
tidak memperhatikan mereka dan tidak mensucikan mereka (dari dosa) serta
mendapatkan azab yang sangat pedih, yaitu pelaku isbal (musbil), pengungkit pemberian (mannan) dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah, An Nasa'i)
Pakaian Rosululloh sampai setengah betis
Alloh berfirman, “
Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan)
hari kiamat.” (Al Ahzab: 21). Saudaraku… apa yang menghalangimu untuk mengikuti dan mencontoh Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam.
Lihatlah pakaian beliau! Beliau orang yang paling bertaqwa, paling
takut kepada Alloh, paling tidak mungkin untuk sombong, paling rajin
beribadah, paling mulia di sisi Alloh, tetapi pakaian yang beliau
kenakan tidak menutup mata kaki beliau. Bahkan celana beliau hanya
sampai setengah betis. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sarung
seorang muslim hingga tengah betis dan tidak mengapa jika di antara
tengah betis hingga mata kaki. Maka apa yang di bawah mata kaki,
tempatnya di neraka. Barangsiapa yang menyeret sarungnya (sampai menyapu
tanah-pen) karena sombong maka Alloh tidak akan melihatnya.”
(HR. Abu Dawud, Malik, dan Ibnu Majah) Bukankah Rosululloh adalah
qudwah/teladan kita di segala aspek kehidupan?! Lalu mau dikemanakan
hadits beliau, “Barangsiapa yang meniru-niru gaya suatu golongan, maka ia termasuk bagian dari golongan tersebut.” ?! Apakah kita tidak ingin bergabung dengan golongan beliau?
Masalah isbal bukan perkara ‘kulit’
Lihatlah ‘Umar bin Khoththob ketika dalam kondisi yang sangat kritis
(setelah ditikam perutnya hingga robek ususnya), masih menyempatkan diri
untuk melarang kemungkaran yang satu ini (baca: isbal). Ini menunjukkan
bahwa isbal bukan masalah sepele. Kalau benar isbal adalah masalah
sepele, lalu apakah kita akan mengatakan masuk neraka adalah masalah
sepele?
Wahai
saudaraku... semoga Alloh memberikan petunjuk kepada kita. Marilah kita
mengenakan pakaian dengan menggunakan tuntunan agama. Jangan sampai
pakaian yang kita pakai, celana yang kita kenakan justru menjadi
bumerang bagi kita yang ujung-ujungnya menghantarkan kita sampai ke
dalam neraka. Wal ‘iyaadzu billah. Wallohu a’lam. [Nurdin Abu Yazid]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar